Beranda | Artikel
Manusia Dikumpulkan Di Padang Mahsyar Sesuai Dengan Niat Mereka
Rabu, 15 Juli 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Manusia Dikumpulkan Di Padang Mahsyar Sesuai Dengan Niat Mereka merupakan bagian dari kajian Islam ilmiah كتاب صحيح الترغيب والترهيب (kitab Shahih At-Targhib wa At-Tarhib) yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada Rabu, 24 Dzulqo’dah 1441 H / 15 Juli 2020 M.

Download kajian sebelumnya: Hadits Tentang Niat dan Hijrah

Kajian Hadits Tentang Manusia Dikumpulkan Di Padang Mahsyar Sesuai Dengan Niat Mereka

Kita masuk hadits yang ke-13, Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إنما يبعث الناس على نياتهم

“Sesungguhnya manusiadibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat-niat mereka.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)

Dan Ibnu Majah juga meriwayatkan dari hadits Jabir namun dengan lafadz:

يحشر الناس

“Manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar sesuai dengan niat mereka.”

Ini menunjukkan tentang pentingnya niat. Dimana Rasulullah menggambarkan bahwa manusia dibangkitkan sesuai dengan niat mereka. Adapun contohnya ada di hadits sebelumnya (hadits ke-11) yang kita pernah bahas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mngabarkan:

يغزو جيش الكعبة فإذا كانوا ببيداء من الأرض

“Nanti akan ada sebuah pasukannya yang akan memerangi Ka’bah, ketika pasukan berada di sebuah tanah lapang, maka ditenggelamkan seluruhnya.” Lalu kemudian ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata:

كيف يخسف بأولهم وآخرهم وفيهم أسواقهم ومن ليس منهم

“Bagaimana Wahai Rasulullah, mereka akan ditenggelamkan seluruhnya sementara di antara mereka ada yang tidak ikut-ikutan memerangi Ka’bah dan hanya mau berdagang? Dan di antara mereka juga ada yang cuma ingin tahu jalan saja.”

Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يخسف بأولهم وآخرهم ثم يبعثون على نياتهم

“Semuanya akan ditenggelamkan kemudian mereka dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat mereka masing-masing.”

Maka dari itu ini menunjukkan penting sekali kita memperbaiki niat kita. Bagaimana cara memperbaiki niat? Cara memperbaiki niat adalah dengan cara memperbaiki pikiran kita. Karena niat itu sangat dipengaruhi oleh pikiran. Dan pikiran kita sangat dipengaruhi oleh apa yang dilihat oleh mata kita. Kalau kita melihat sesuatu, kita akan memikirkannya, kalau kita sudah memikirkan, memikirkan, memikirkan, akan muncul niat. Anda misalnya melihat wanita yang cantik, kemudian berpikir, berpikir, berpikir yang tidak-tidak, muncul niat ingin mendekatinya. Nah, dari itulah untuk menjaga niat adalah menjaga pikiran.

Oleh karena itu sebagaimana pernah saya jelaskan juga, Al-Imam Ibnul Qayyim dalam kalimat dalam kitab Miftah Daris Sa’adah mengatakan bahwa:

أصل كل خير وأصل كل شر الفقر

“Asal segala macam kebaikan dan asal dari segala macam keburukan itu ada di pikiran.”

Seorang istri ketika melihat kekurangan suaminya, lalu ia pikirkan, pikirkan, pikiran, menjadi pikiran. Dari pikiran muncul niat, keinginan misalnya: “Sudahlah kalau begitu saya mau berpisah saja.” Atau setidaknya si istri berkurang cintanya kepada suami. Ini semua dari pikiran. Maka kalau kita ingin memelihara niat kita, pelihara pikiran kita. Kalau kita pikirannya selalu positif, memikirkan tentang akhirat, memikirkan tentang kematian, memikirkan tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang surga, tentang neraka, itu insyaAllah akan memunculkan niat-niat kebaikan.

Kalau kita ingat kematian, maka akan muncul niat ingin berbuat ketaatan dan taubat. Tapi kalau kita pikirannya cuma dunia, dunia, dunia, dunia, niat kita pun pasti tujuannya dunia. Akhirnya itu akan berpengaruh kepada hati.

Oleh karena itulah saudaraku, penting sekali menjaga pikiran supaya terjaga niat kita. Dan supaya terjaga pikiran kita, maka penting kita untuk memelihara mata kita. Makanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan. Allah berfirman:

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ…

“Katakan kepada kaum mukminin hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka dan menjaga kemaluan mereka.”

Kenapa kita diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memelihara pandangan mata? Karena dari pandangan itulah akan berubah pikiran, dari pikiran itulah akan berubah niat. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menutup wasilah-wasilah menuju keburukan.

Maka dari itu, penting -sekali lagi- jaga niat kita. Untuk menjaga niat kita, jaga pikiran kita. Karena niat ternyata luar biasa dahsyat. Bayangkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan bahwasanya manusia dibangkitkan pada hari kiamat sesuai dengan niat-niat mereka. Bayangkan kalau kita meninggal dalam keadaan niatnya tidak ikhlas. Jika ada orang shalat dan meninggal saat shalat tapi ternyata shalatnya riya’ (ingin dipuji manusia) dan qadarullah dia meninggal dalam saat seperti itu. Makanya kita tidak bisa pastikan orang yang meninggal dalam keadaan shalat pasti khusnul khatimah, belum tentu, karena kita tidak tahu niatnya bagaimana. Bisa jadi niatnya ingin dipuji orang, akibatnya saat itu dia wafat dalam keadaan su’ul khotimah. Na’udzubillah, nas’alullah as-salamah wal ‘afiyah.

Sesuai dengan niat, saudaraku. Walaupun tentu bukan berarti bahwa maksiat menjadi baik gara-gara niat yang baik, tentu ini tidak mungkin. Karena -kata para ulama- sesuatu yang haram tidak menjadi halal hanya karena niat, maksiat tidak menjadi taat karena niat, tidak bisa.

Hadits ke-15

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إن الله لا ينظر إلى أجسامكم ولا إلى صوركم ولكن ينظر إلى قلوبكم [ وأشار بأصابعه إلى صدره ] [ وأعمالكم ]

“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad kalian, tidak pula kepada rupa kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati kalian [Rasulullah menuju ke dadanya] dan amalan kalian.”

Subhanallah.. Dimata Allah, penampilan, rupa yang cantik, yang ganteng, itu sama sekali tidak ada nilainya dimata Allah kalau ternyata tidak disertai dengan kebaikan hati dan amalan shalih. Bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah lihat itu adalah ketakwaan, bukan karena Si Fulan keturunan bangsawan, bukan karena Si Fulan ganteng, bukan karena Si Fulanah cantik rupawan. Kalaulah yang paling beruntung masuk surga adalah orang-orang kaya raya, mungkin Si Qorun yang paling beruntung. Kalaulah pejabat yang paling beruntung, tentu Firaun yang paling beruntung, karena ia punya jabatan yang sangat tinggi dan punya kekuatan pasukan yang luar biasa dizamannya. Kalaulah keberuntungan itu ditentukan oleh kegantengan dan kecantikan, tentu Bilal bin Rabbah tidak berhak masuk surga dan tidak beruntung. Akan tetapi saudaraku, sesungguhnya keberuntungan itu ditentukan oleh hati, yaitu ketakwaan. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ

Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah yaitu yang paling bertakwa disisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)

Bukan yang paling kaya, bukan yang paling ganteng, bukan yang paling cantik, maka Allah tidak pernah melihat kepada badan kalian yang kekar. Lihat, Allah mensifati orang-orang munafikin, bagaimana sifat orang munafik?

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ…

“Kalau kamu melihat mereka (orang munafik), akan mengagumkan kamulah badan-badan mereka itu.”

Orang munafik itu badannya tinggi-tinggi dan kekar-kekar, bagus-bagus. Tapi apa yang terjadi? Ternyata Allah tidak melihat kepada badan mereka yang hebat yang bakar yang bagus, tidak sama sekali.

Subhanallah, saudaraku.. Maka perhatian para sahabat Rasulullah yang paling utama mereka perhatikan adalah hatinya, yang mereka perhatikan betul-betul adalah kebaikan hati dan kelurusan amal. Kalau kita rajin pergi ke salon -sebagian wanita rajin pergi ke salon kecantikan- untuk memelihara kecantikan wajah,  maka kita juga penting untuk pergi ke salon kecantikan hati, salon kecantikan hati itu adanya di majelis-majelis ta’lim, mejelis-majelis ilmu. Salon kecantikan hati itu adanya di munajat kita kepada Allah Jalla wa ‘Ala. Diwaktu malam kita tahajud, bermunajat kepada Allah, itu salon kecantikan hati.

Kalau ke salon kecantikan wajah saja seseorang rajin untuk memelihara kecantikan wajah, bahkan seorang wanita terkadang rela untuk membeli obat-obatan yang mahal harganya. Sementara untuk kecantikan hati, terkadang kita malas-malasan untuk memelihara kecantikan kita. Padahal yang dinilai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bukan kecantikan wajah. Di kuburan, kecantikan wajah tidak akan ada nilainya lagi. Wajah itu sudah menjadi tulang-belulang yang menyeramkan, tapi kecantikan hati akan terus dibawa sampai ke akhirat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّـهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾

Pada hari kiamat nanti, tidak akan bermanfaat harta dan anak-anak kecuali orang yang datang membawa hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88)

Hati yang selamat ternyata, hati yang cantik, cantik dengan ketakwaan, hati yang cantik dengan rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan cinta kepadaNya. Maka dari itu saudaraku, kecantikan hati itu harus kita dahulukan, harus kita pelihara. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan kepada kita, agar perhatian kita untuk memelihara hati kita lebih daripada perhatian kepada badan kita.

Dahulu, ada seorang Salaf bernama Iyas bin Muawiyah bin Qurrah berkata:

كان أفضلهم عندهم – أي السلف – أسلَمهم صدوراً وأقلهم غيبة

“Dahulu orang yang paling utama di sisi salaf adalah orang yang paling selamat dadanya (hatinya) dan paling sedikit ghibahnya.”

Bukan yang paling ganteng, bukan yang paling kaya, bukan yang paling tinggi kedudukannya, akan tetapi yang paling utama di sisi mereka adalah yang hatinya bersih dan bening.

Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Hadits Tentang Manusia Dikumpulkan Di Padang Mahsyar Sesuai Dengan Niat Mereka


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48728-manusia-dikumpulkan-di-padang-mahsyar-sesuai-dengan-niat-mereka/